Keliling Jepang Dengan Kereta Dan JR Pass
Seminggu setelah Caesar dan Milan libur kenaikan kelas pada musim panas, kami terbang ke Jepang. Kami berangkat dari Bandara Amsterdam, Belanda ke Bandara Narita, Prefektur Chiba, Jepang. Ini adalah kunjungan pertama kami ke Jepang. Milan telah lama berbicara tentang ketertarikannya pada sekolah dan tinggal di Jepang sejak tiga tahun lalu. Dia juga serius belajar bahasa Jepang melalui Duolingo. Jadi, tahun ini kami memutuskan untuk berkeliling beberapa kota di Jepang selama dua minggu. Setelah visa turis ku ( karena aku masih memegang paspor Indonesia ) disetujui, kami menyusun rencana yang lebih serius untuk perjalanan kali ini.
Vlog Caesar & Milan: @nasienstamppot
Tiket Kereta Cepat
Di Jepang, kami akan pergi ke Tokyo, Kyoto, Osaka, Hiroshima, dan Osaka. Untuk menuju ke tujuan-tujuan tersebut, kami menggunakan kereta cepat sebagai transportasi. Selain memesan Airbnb, kami juga memesan tiket kereta yang berlaku untuk satu minggu. Sehubungan dengan rute kami, kami memilih menggunakan Japan Railways (日本国有鉄道, Nippon Kokuyū Tetsudō), perusahaan yang mengoperasikan banyak jaringan kereta di Jepang.
JR terdiri dari beberapa perusahaan yang mengelola berbagai jalur kereta di seluruh Jepang, seperti:
- JR East (East Japan Railway Company)
- JR Central (Central Japan Railway Company)
- JR West (West Japan Railway Company)
- JR Hokkaido
- JR Shikoku
- JR Kyushu
JR mengoperasikan berbagai jenis kereta, termasuk kereta lokal, ekspres, dan kereta cepat Shinkansen. Jalur-jalur kereta yang dioperasikan oleh JR sering kali disebut sebagai “JR Lines”.
Kami membeli JR Pass dari Belanda, karena tiket yang dibeli langsung di Jepang biasanya lebih mahal dibandingkan jika dibeli dari luar negeri. Harga total JR Pass untuk dua orang dewasa dan dua anak-anak yang berlaku selama satu minggu adalah 920 Euro. Memang mahal, tetapi ini adalah pilihan paling ekonomis dibandingkan membeli tiket per tujuan. Dengan tiket ini, kami bisa bepergian kemana saja asalkan masih dalam rute JR lines selama masa berlaku. Perlu dicatat bahwa JR Pass tidak berlaku untuk kereta cepat kelas pertama atau Nozomi; tiket ini hanya berlaku untuk kelas di bawahnya, yaitu Hikari atau Kodama. Hikari tiba sedikit lebih lambat dari Nozomi (sekitar setengah jam), sedangkan Kodama lebih lambat sekitar 1,5 jam dari Hikari.
Menukar JR Pass
Setibanya di Bandara Narita, kami mencari kantor JR. Kantor JR di Bandara Narita terletak di Terminal 1 dan Terminal 2. Perhatikan papan petunjuk di bandara dan cermati papan warna hijau sesuai dengan warna ikonik perusahaan JR menuju stasiun kereta. Berikut adalah lokasi detilnya:
- Terminal 1: JR East memiliki JR East Travel Center di lantai 1 dari South Wing (Bagian Selatan), dekat pintu keluar dan stasiun JR Narita.
- Terminal 2: Di Terminal 2, terdapat JR East Travel Center juga di lantai 1, dekat pintu masuk dan stasiun JR Narita.
Untuk menukar JR Pass, kami harus menunjukkan paspor sesuai dengan nama semua penumpang terdaftar. Petugas JR juga bisa berbahasa Inggris. Dengan menggunakan Google Maps, dia akan memberikan informasi mengenai bagaimana dan dimana JR Pass ini berlaku. Sayangnya, rute Airbnb kami tidak dilalui oleh JR. Jadi kami harus membeli tiket kereta yang dioperasikan oleh perusahaan dan jaringan kereta Keisei. Jangan bingung, di Jepang terdapat banyak jaringan kereta yang dioperasikan oleh perusahaan berbeda. Mencari tahu terlebih dahulu tentang tempat tinggal dan tujuan di Jepang akan sangat membantu dalam memilih tiket kereta yang perlu dibeli dalam jangka waktu lama agar tidak membuang-buang uang.
Cara Memakai JR Pass
Informasi di website JR agak membingungkan. Kita boleh memesan tempat duduk di website sebelum pergi, tetapi tidak wajib. Karena kami pergi dengan anak-anak, kami tidak memesan tempat duduk sebelumnya. Kami khawatir tidak tiba tepat waktu karena Airbnb kami jauh dari stasiun Tokyo, sedangkan rute JR dimulai dari stasiun JR.
Kami melihat antrian panjang di depan mesin tiket JR. Mereka yang sudah memesan tempat duduk mencetak semacam boarding pass yang berfungsi sebagai bukti nomor tempat duduk, nomor gerbong, dan nomor rel. Sedangkan yang belum memilih tempat duduk bisa langsung memilih di mesin tiket JR sekaligus mencetak boarding pass. Mesin JR juga menyediakan menu bahasa Inggris.
Kami ikut antri untuk memilih tempat duduk dari mesin JR, tetapi entah kenapa mesin tersebut tidak mau menerima tiket yang kami punya. Jadi kami pergi ke meja layanan petugas. Mereka memilihkan tempat duduk untuk kami dan mencetak boarding pass kami. Petugas di sini tidak berbahasa Inggris sama sekali dan tidak berusaha berbicara bahasa Inggris; mereka tetap menggunakan bahasa Jepang dengan penekanan berulang-ulang dengan tetap sangat sopan.
Kami berlari menuju gerbong sesuai yang tertera di boarding pass, tetapi ternyata kereta sedang dibersihkan. Kami menunggu sekitar 15 menit. Kemudian di papan informasi kami melihat bahwa ada gerbong khusus untuk penumpang yang tidak melakukan pemesanan tempat duduk, baik online atau di stasiun seperti yang kami lakukan. Di papan tersebut tertulis gerbong 1-3 khusus untuk penumpang yang ingin duduk tanpa nomor kursi. Tentu ada resikonya jika kita bepergian di musim ramai penumpang; bisa jadi kita tidak mendapatkan tempat duduk dan harus menunggu kereta berikutnya.
Bersih dan Luas
Rute pertama kami di JR adalah dari Tokyo ke Kyoto. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 2,5 jam. Begitu duduk, beberapa penumpang mengeluarkan roti dan minum. Untungnya, kami juga sempat membeli roti dan minum sebelum berangkat. Kami kira makan dan minum di kereta tidak diperbolehkan, ternyata diperbolehkan. Di kereta kelas Hikari ini juga tidak ada petugas yang menjual makanan dan minuman seperti di pesawat.
Kereta kelas Hikari ini sangat lapang, dengan tempat duduk dan ruang kaki yang luas. Bagasi di atas kepala hanya cukup untuk ukuran koper tangan. Koper besar kami, Samsonite, dengan volume 20 kg tidak muat di atas bagasi tersebut. Namun, karena ruang kaki di kereta sangat luas, bagasi kami bisa diletakkan di sela-sela. Ada meja lipat dan colokan listrik untuk laptop atau handphone, jadi sebenarnya kita bisa menghabiskan waktu bekerja dengan laptop. Tetapi perlu diingat, bawa adaptor listrik Jepang karena kami jarang menemukan colokan USB selama di sini.
Dengan kenyamanan kereta ini, sebenarnya kami tidak punya alasan untuk memilih kereta kelas pertama atau Nozomi.
Taksi Online di Stasiun
Hal lain yang perlu diperhatikan di stasiun Kyoto adalah taksi online tidak diperbolehkan masuk ke area stasiun. Jadi kami berjalan dari pintu keluar ke area perbelanjaan untuk memesan taksi online ke Airbnb kami di Kyoto. Sedangkan untuk penumpang yang menggunakan taksi dari stasiun, bisa langsung mengantri menunggu taksi tepat di turunan eskalator pintu keluar.
Cerita tentang tiket kereta aku cukupkan sampai disini. Semoga bermanfaat bagi kalian yang akan pergi ke sini juga. Nantikan cerita selanjutnya di blog ini atau di vlog Caesar dan Milan, di mana aku akan membagikan lebih banyak momen-momen berharga dan keajaiban Jepang yang kami temui. Sampai jumpa di blog berikutnya, dan semoga perjalanan kalian juga penuh dengan keajaiban dan kenangan tak terlupakan.
Mari berkolaborasi dengan Twinkle So Bright. Anda bisa menjadi penulis tamu di blog kami, berpartisipasi dalam kolaborasi blog berbayar yang terjangkau, mempromosikan produk dan layanan Anda, hingga memanfaatkan layanan titip belanja eksklusif kami.