Mendatangi Tempat Dalam Mimpi
Bahasa Indonesia

Mendatangi Tempat Dalam Mimpi

Perjalanan spiritual ini sebenarnya jauh dari yang kurencanakan. Aku merasa belum pantas pergi ke tanah suci. Aku belum melakukan banyak hal yang spesial seperti yang orang lain lakukan, sungguh aku merasa hanya melakukan yang dasar-dasar saja.

Insha Allah, aku rutin sembahyang ketika di rumah, tetapi puasa Ramadhan di musim panas yang panjang selama 30 hari penuh itu aku tidak kuat. Membaca Al-Quran, Insha Allah rutin, tapi aku masih memilih yang tidak panjang-panjang. Aku sering merasa agak bosan kalau terlalu panjang dan tidak ganti-ganti tema. Aku merasa seperti kapan selesainya surat ini. Sedekah, Insha Allah rutin, tapi tidak banyak (dalam takaran yang “wow banyak” aku juga belum mampu).



Menjaga bapak dan ibu kulakukan semampuku. Aku tinggal di Belanda dan belum punya karir tetap, anak-anakku masih kecil. Jadi kulakukan sesuai situasi finansial dan jarak (Insha Allah aku jujur dalam hal ini). Makan dan minum haram tidak pernah kucoba seumur hidup. Aku paling menghindari berbohong, malas ribut sama orang, berkata kasar dan kotor juga tidak pernah. Yaaah, rasanya cuma itu, seperti itu saja, normal sekali. Disebut menjadi orang sangat baik rasanya jauh. Jadi aku merasa belum mampu melakukan perjalanan ke tanah suci. Memikirkannya pun aku merasa belum pantas.

Shop: Cell Phones Accessories


Mimpi Kakbah

Pada minggu pertama bulan Januari, tanpa ada angin ataupun hujan, aku bermimpi. Aku berdiri di depan Kakbah, sangat dekat, sedekat-dekatnya. Mimpi itu berlangsung lama, dengan fragmen yang sama, tetapi terasa sangat nyata. Aku berusaha bangun namun tidak bisa. Sampai akhirnya, aku mendengar suara keras di telinga kananku berkata, “Labbaik Allahuma Labbaik” sebanyak tiga kali, sekeras-kerasnya. Aku terbangun dan membuka mata dengan kaget. Beberapa detik aku mengumpulkan kesadaran. Siapa tadi? Aku ada di mana? Aku ada di tempat tidurku dan aku masih bisa mendengar Bas, suamiku, mendengkur halus. Kamar dan rumah gelap. Caesar Milan masih di kamarnya. Masih tengah malam, Subuh belum tiba. Aku diam, bingung…

Shop: Cell Phones Accessories


Riuh nya hati dalam ragu dan malu

Dari mimpi kakbah itu, aku sembayang, kok nangisnya kencang banget. Biasanya kalau sembayang dan mengaji, aku juga nangis, tapi ini kayak gak normal. Ngeri juga, aku takut aku kenapa, semacam penyakit mental yang tiba-tiba datang kah? Aku lulusan psikologi, jadi kupikirkan sebab logisnya terlebih dahulu.

Tiga hari begitu terus. Aku ngomong ke Mas Bas. Kubilang kayaknya aku harus ke Mekkah deh, secepatnya. Kuceritakan mimpiku tentang kakbah, perasaanku, dan suara yang riuh berkata-kata dalam hatiku. Mas Bas langsung bilang, “Kamu harus pergi. Umrah atau Haji? Mana yang lebih mudah untuk kamu pergi secepatnya? Ayo kita mulai siap-siapin keperluanmu untuk perjalanan itu.” Hatiku senang, tapi yang keluar aku menangis. Nangisnya itu bukan cengeng atau melow, tapi tiba-tiba nangis gitu lo. Kayak hatinya yang nangis… susah dijelasin, gak ngerti gimana cara nulisnya.

Perasaan itu sangat mendadak. Aku tidak punya apa-apa, aku juga tidak tahu apa-apa persisnya tentang umrah atau haji, aku juga tidak tahu bagaimana pergi ke sana. Mekkah bukan EU, tentu aku perlu visa.



Abaya dan Kerudung

Aku tidak punya baju panjang. Walaupun dari dulu dan sekarang aku gak pakai baju yang terbuka. Hari-hari aku pakai rok pendek, cuma sejauh itu. Bukan karena seksi, karena unyu saja kalau dipakai, kayak pas sama karakter dan kelakuanku gitu. Pecicilan dan kekanak-kanakan. Pakai tank top dan kaos ngatung aku juga tidak pernah. Bikini juga gak. Pokoknya paling banter cuma rok pendek. Rok pendek ya… rok yang di atas dengkul bukan persis di bawah pantat, kalau itu jelas aku gak pakai… takut masuk angin.

Jilbab cuma punya satu yang kalau kupakai jarum pentulnya ada selusin biar gak melorot. Jadi katakanlah aku tidak punya apa-apa untuk dibawa umrah.

Tambahannya, selain masalah baju juga: Karena perjalanan ini belum pernah kurencanakan, jadi aku juga tidak tahu referensi travel yang terpercaya. Di Enschede aku tidak pernah lihat juga.

ShopGucci Scarf


Secepat-cepatnya

Mas Bas pun garuk-garuk kepala. Mas Bas bukan muslim. Tentu saja dia tidak tahu. Tapi kata Mas Bas, “Ok kita mulai dari yang gampang saja. Baju dan kerudung instan. Baju daster longgar gitu namanya apa? Kalau mau beli online aku harus tahu namanya kan? Apa aku titip adik ipar dan teman di Indonesia saja? Biar mereka kirim ke hotel Mas Bas Februari ini pas Mas Bas ke Surabaya.” Karena gak ngerti siapa yang bisa ditanyain, aku agak ogah-ogahan nyari. Aku tidak punya kumpulan di masjid Enschede. Masjid jauh dari rumah 4 km-an. Jangankan kenalan masjid, kenalan orang biasa juga aku gak banyak. Aku mager orangnya, males main.

Makin males membereskan, kayak makin nangis habis sembayang. Aku ragu sekaligus malu. Kecil hati dan tidak percaya diri tepatnya. Hati menjadi sangat super halus. Kerja sambil dengerin YouTube-nya Daniel Mananta juga nangis. Dengar lagunya Chrisye tentang ke Tuhanan nangis juga. Kayak jadi makin nangisan. Wah gak beres ini… gak bisa ngeyel lagi. Perkara mimpi kakbah ini berarti memang harus serius dibereskan. Secepat-cepatnya.

Bersambung ke Mencari Abaya Untuk Ke Kakbah


Mari berkolaborasi dengan Twinkle So Bright. Anda bisa menjadi penulis tamu di blog kami, berpartisipasi dalam kolaborasi blog berbayar yang terjangkau, mempromosikan produk dan layanan Anda, hingga memanfaatkan layanan titip belanja eksklusif kami.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *